Selasa, 08 Januari 2013

sintaksis bahasa indonesia


SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

A.    Pengertian Sintaksis
Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, yang di maksud sintaksis yaitu menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompook kata dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar : 1993). Dengan kata lain, sintaksis mempelajari struktur frase dan kalimat (Ramlan : 1993). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat di katakan bahwa satuan sintaksis adalah kata.
B.     Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia. berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.
Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi, bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.
C.     Satuan-Satuan Sintaksis
Pada awal pembahasan, di katakan bahwa satuan-satuan sintaksis adalah kata, frase, klausa,dan kalimat.
1.      Kata
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai frase, klausa, dan kalimat. Jenis kata ada 2 macam, yaitu kata penuh (fulword) dan kata tugas (function word). Kata penuh adalah kata yang secara leksial memiliki makna dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan ujaran, misalnya kata manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, air, merah, putih, kacang, pergi, tari, dan sebagainya. Sedangkan kata tugas adalah kata yang secara leksial tidak mempunyai makna dan di dalam pertuturan tidak dapat berdiri sendiri, misalnya kata dan, di, ke, dari, walaupun, dll.
2.      Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga di sebut dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer 2003:222). Sama halnya dengan kata, frase juga berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis.
Berdasarkan pengertian di atas, frase memiliki 2 sifat yaitu :
-          Frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih
-          Frase selalu terdapat  dalam suatu fungsi unsur klausa atau kalimat, yaitu S,P,O,K.
Untuk lebih memahami tentang frase, perhatikan contoh berikut :
Penjual bunga sedang merangkai mawar merah
a.       Penjual bunga : Subjek
b.      Sedang merangkai : Predikat
c.       Mawar merah : Objek
Frase penjual bunga, di bentuk dengan cara memperluas kata benda (penjual) dengan kata benda (bunga), frase sedang merangkai di bentuk dengan cara memperluas kata kerja (merangkai) dengan kata keterangan (sedang), sedangkan frase mawar merah, di bentuk dengan memperluas kata benda (mawar) dan kata sifat (merah). Pembentukan frase, selain memperluas kata benda dan kata kerja, juga memperluas kata sifat, misalnya frase marah besar, yang terbentuk dengan memperluas kata sifat (marah) dengan kata sifat (besar).
Widjono (2007:140) membedakan frase berdasarkan kelas katanya, yaitu frasa verbal, frase adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia, frase numeralia, frasa interogrativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif.
a)      Frasa verbal
   Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk oleh kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga macam seperti yang di jelaskan berikut ini:
-        Frasa verbal modifikasi ( pewatas ) yang dibedakan menjadi
v  Pewatas belakang seperti contoh berikut ini
(1)     Ia bekerja keras sepanjang hari
(2)     Orang itu bekerja cepat setiap hari
v  Pewatas depan seperti contoh berikutini
(1)   Kami akan menyanyikan lagu kebangsaan
(2)   Mereka pasti menyukai makanan itu
-        Frasa verbal koordinatif yaitu dua verbal yang disatukan dengan dua kata penghubung dan, atau ,atau seperti contoh berikut ini:
(1)    Mereka mencuci dan menjemur pakaian
(2)   Kita pergi atau menunggu ayah

-        Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Seperti contoh berikut:
(1)   Aie pacah,tempat tinggal saya,akan menjadi pusat pemerintahan kota padang
(2)   Usaha pak Ali,menjual kain,kini menjadi grosir
b)      Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat dan keadaan sebagai inti (yang diterangkan ) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan seperti agak,dapat,harus,kurang,lebih, dan sangat.Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut:
-        Frasa adjektival modifikasi ( membatasi ) contohnya adalah sebagai berikut:
(1)   Tampan nian kekasih barumu
(2)    Hebat benar kelakuannya
-        Frasa adjektival koordinator ( menggabungkan ) contohnya adalah sebagai berikut:
(1)   Setelah  pindah,dia aman tentram dirumah barunya
(2)   Dia menginginkan pria tegap kekar untuk menjadi suaminya
-        Frasa adjektival apositif seperti contoh berikut ini:
(1)   Srikandi cantik, ayu rupawan,diperistri oleh Arjuna
(2)   Skripsi yang berkualitas,terpuji dan terbaik di terbitkan oleh universitas
c)      Frasa Normal
Frasa normal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda.Frasa normal dibagi tiga seperti yang dijelaskan berikut ini:
-        Frasa normal modifikasi ( mewatasi ) misalnya rumah mungil,hari minggu,bulan pertama. Contohnya sebagai berikut:
(1)   Pada hari minggu layanan pustaka tetap buka
(2)   Pada bulan pertama setelah menikah mereka sudah mulai bertengkar

-        Frasa normal koordinatif ( tidak saling menerangkan ) misalnya hak,dan kewajiban, dunia akhirat,lahir batin,serta adil dan makmur.Conthnya sebagai berikut:
(1)   Seorang PNS harus memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara
(2)   Setiap orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat
-        Frasa normal apositif,contohnya sebagai berikut;
(1)   Anton mahasiswa teladan itu,kini menjadi dosen di universitasnya
(2)   Burung Candrawasih,burung langka di iran itu sudah hampir punah
d)     Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk oleh keterangan kata sifat.Frasa adverbal dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut:
-        Frasa adverbial modifikasi ( mewatasi ) misalnya sngat pandai,kurang pandai,hampir baik dan sangat pandai.Contohnya dalam kalimat sebagai berikut:
(1)   Dia kurang pandai bergaul dilingkungan tempat tinggalnya
(2)   Kemampuan siswa saya dalam menerangkan dalam katagori hampir baik
-        Frasa adverbial koordinator ( tidak saling menerangkan ) contohnya sebagai berikut:
(1)   Jarak rumah kekantor kurang lebih dua kilometer
e)      Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk oleh kata ganti.Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis sebagai berikut;
-        Frasa pronominal moditifikasi,contohnya sebagai berikut:
(1)   Kami semua dimarahi oleh guru karena ribut
(2)   Mereka berdua minta izin karena mengikuti perlombaan
-        Frasa pronominal koordinatif,contohnya sebagai berikut:
(1)   Aku dan kau suka dencow
(2)   Saya dan dia sudah lama tidak bertegur sapa
-        Frasa pronominal apositif,contohnya sebagai berikut:
(1)   Kami bangsa indonesia menyatakan perang terhadap korupsi
(2)   Mahasiswa para pemuda siap menjadi pasukan anti korupsi
f)       Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang terbentuk dengan kata bilangan.Frasa numeralia terdiri dari dua jenis sebagai berikut:
-        Frasa numeralia modifikasi,contohnya sebagai berikut:
(1)   Mereka memotong dua puluh sapi kurban
(2)   Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah
-        Frasa numeralia koordinatif,contohnya sebagai berikut;
(1)   Lima atau enam orang melintas kegelapan pada gang itu
(2)   Entah tiga,entah empat dia sudah meminjau uang saya
g)      Frasa Introgatif koordinatif
Frasa introgatif koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.Contohnya sebagai berikut;
(1)   Jawaban apa atau siapa merupakan ciri dari subyek kalimat
(2)   Jawaban mengapa dan bagaimana merupakan pertanda predikat
h)      Frasa Demostrativa koordinatif
Frasa demostrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang saling menerangkan contohnya sebagai berikut:
(1)   Saya bekerja disana atau disini sama saja
(2)   Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah
i)        Frasa Proposional koordinatif
Frasa proposional koordinatif adalah dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan.Contohnya sebagai berikut:
(1)   Perjalanan kami dari dan ke bandung memerlukan enam jam
(2)   Koprasi dari,oleh dan untuk anggota











3.      Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang berupa runtunan kata-kata yang berkontruksi predikatif (Chaer : 1994). Artinya, di dalam konstruksi tersebut, terdapat komponen kata atau frase yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Di dalam sebuah klausa, minimal harus mengandung subjek dan predikat, sedangkan objek dan keterangan bersifat fakultatif atau tudak wajib ada. Untuk mempermudah pemahaman tentang klausa perhatikan contoh konstruksi berikut ini.
a.       Ima menangis
  S         P
b.      Ima membeli baju baru
  S         P             O
c.       Ima datang kemarin sore
  S         P              Ket
d.      Ima menyiram bunga melati setiap pagi
  S          P                  O               Ket
Melihat contoh di atas, yang jadi pertanyaan sekarang adalah apa bedanya klausa dengan kalimat ? ya, benar sekali. Di dalam klausa tidak ada intonasi final, baik intonasi deklaratif, interogatif, maupun interjektif, sedangkan sebuah konstruksi bila di berikan intonasi final, maka di sebut kalimat. Contohnya :
a.       Imah menangis ?
b.      Imah membeli baju baru ?
Pertanyaan berikutnya adalah dimanakah letak klausa dalam sintaksis ? Ya, kalau kata dan frase mengisi fungsi-fungsi sintaksis, maka klausa menjadi pengisi kalimat.
Jenis-jenis klausa :
a.       Berdasarkan strukturnya
·         Klausa Bebas
Klausa bebas yaitu klausa yang mempunyai unsur-unsur yang lengkap atau sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat.
Contohnya : Ima menangis
·         Klausa terikat
Klausa terikat, yaitu klausa yang tidak memiliki struktur yang lengkap. Di dalam klausa terikat, mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja.
Contohnya : Anak itu
                     Kemarin malam
Klausa terikat biasanya di gunakan sebagai kalimat jawaban. Misalnya klausa anak itu digunakan untuk menjawab pertanyaan siapa yang memecahkan piring ini ?, kemudian klausa kemarin malam, di gunakan untuk menjawab pertanyaan kapan kamu datang ?.
b.      Berdasarkan kategori unsur segmentalnya
·         Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal.
Contohnya : Dia berlari
                     Imah menangis
·         Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori nomina.
Contohnya : Ayahnya pilot
                     Kakeknya petani
·         Klausa Adjektival
Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori adjektiva.
Contohnya : Gedung itu tinggi
                     Hari ini langit cerah
·         Klausa Adverbial
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berkategori adverbia.
Contohnya : Dia sangat mencintai ibunya
                     Dia hampir menabrak anjing
·         Klausa Preposisional
Klausa prepoisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase  yang berkategori preposisi.
Contohnya : Pamanya di Bandung
                     Kakeknya di kebun
·         Klausa Numeralia
Klausa numeralia adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia.
Contohnya : Anaknya dua orang
                     Mobilnya tiga buah
4.      Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (widjono : 1946). (Manaf : 2009.1) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut :
a.       Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan frasa dengan frasa atau gabungan kata dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang mengandung satu subjek dan predikat, baik unsur fungsi itu eksplisit atau implisit.
b.      Satuan bahasa itu sendiri di dahului oleh kesenyapan awal, di selingi atau tidak di selingi oleh kesenyapan antara dan di akhiri oleh kesenyapan akhir yang berupa intonasi final. Yaitu intonasi tanyaa, perintah, berita dan kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang di awali huruf kapital, di selingi atau tidak di selingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;) dan di akhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?) atau tanda seru (!).
Jenis kalimat dapat di bedakan berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat, jumlah pola kalimat dan kategori predikatnya.
a.       Jenis kalimat berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat
·         Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau pusat. Kalimat minor biasanya di pakai sebagai jawaban dari sebuah pertanyaan.
Contohnya : Sedang pergi
                     Sedang lapar
·         Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti, yaitu subyek dan predikat.
Contohnya : Kakaknya mahasiswa STKIP Bumiayu
                     Kakeknya petani cengkeh yang sukses
b.      Berdasarkan jumlah pola kalimat
·         Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat.
Contohnya : ibunya sangat ramah
                          S                P
·         Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih pola kalimat. Berdasarkan sifat hubunganya tiap pola kalimat atau di sebut juga klausa-klausa yang terdapat  di dalam kalimat, maka kalimat majemuk di bedakan atas kalimat majemuk setara (kalimat majemuk koordinatif) dan kalimat majemuk bertingkat (kalimat majemuk subkoordinatif).
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang di bentuk dengan cara menggabungkan beberapa kalimat tunggaldan kalimat-kalimat tunggal tersebut bukan merupakan perluasan dari salah satu fungsi dari kalimat tersebut, serta masing-masing kalimat tunggal memiliki kedudukan yang sama. Misalnya penggabungan antara kalimat ibunya sangat ramah, bapaknya pendiam, di gabungkan menjadi ibunya sangat ramah dan bapaknya pendiam.pada kalimat tersebut terdapat dua buah klausa yang memiliki kedudukan yang sama. Klausa-klausa tersebut di hubungkan dengan konjungsi dan. Selain konjungsi dan, masih ada beberapa lagi konjungsi yang di gunakan untuk membentuk kalimat majemuk setara, yaitu seperti, tetapi, atau, lalu. Akan tetapi tak jarang hubungan antar klausa dalam kalimat majemuk setara tanpa menggunakan konjungsi, misalnya : nenekku pandai bernyanyi, kakekku pandai bermain musik, cucu-cucunya pandai menari.
Sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya di perluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru dan pola-pola kalimat tersebut tidak sederajat atau setara. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat, dapat di lakukan dengan cara menggunakan kata penghubung antarakalimat    (sebelum, sesudah, agar, supaya sebab,akibat,jika,jikalau,walaupun,bahwa)
misalnya kalimat:
(a)    Akibat hujan yang tidak berhenti selama tiga jam, Jakarta dilanda banjir
(b)   Saya akan tetap datang ke pestanya walaupun tidak di undang
Selain itu, pembentukan kalimat mejemuk bertingkat dilakukan dengan cara memperluas subjek,predikat,atau keterangan,misalnya kalimat:
·         Bu Ratna    guru     di SLTP Teladan
     S             P           ket.tempat
Perhatikan perluasan fungsi subjek kalimat diatas sehingga menjadi kalimat berikut ini!



·         Bu Ratna   guru   di SLTP Teladan
S                 P         Ket.tempat
Bu Ratna   yang berwibawa itu     guru di SLTP Teladan
    S                       P                       P                  Ket.tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P,S-P-Ket.Tempat
Perluasan fungsi predikat pada kalimat diatas sehingga menjadi kalimat berikut ini.
·         Bu Ratna       guru       diSLTP Teladan
    S                  P             Ket.tempat

·         Bu Ratna     guru     tercantik    di SLTP Teladan
   S                 P           P                 Ket.tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P,S-P-Ket.Tempat
Berdasarkan kategori predikatnya,jenis kalimat dibedakan menjadi kalimat verbal dan nonverbal.Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa,atau kalimat predikatnya berupa kata atau frase yang berkatagori verbal,misalnya:
Ø  Budi merayu Hapsari
Ø  Citra menikmati indahnya alam
v   Kalimat verbal dibedakan atas:
(a)    Kalimat verbal transitif yaitu kalimat predikatnya berupa verba yang biasanya diikuti oleh objek,misalnya pada kalimat ditas
(b)   Kalimat verbal intransitif yaitu kalimat yang predikatnya tidak memiliki objek,misalnya pada kalimat:
Ø  Anita menangis
(c)    Kalimat aktif yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja aktif,misalnya kalimat:
Ø  Kakek membaca koran setiap pagi
(d)   Kalimat pasif yaitu kalimat yang predikatnya berupa verba pasif,misalnya kaluimat:
Ø  Bola ditendang Rudi
Ø  Bunga-bunga itu disiram Ratna setiap pagi







v   Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal,tetapi dapat berupa:
(a)    Kata atau frase nominal,misalnya pada kalimat:
Ø  Ibunya buruh pabrik
Ø  Pamannya pedagang dipasar Tanah Abang
(b)   Kata atau frase adjektival,misalnya pada kalimat:
Ø   Mukanya memerah
Ø   Lukanya mengering
Ø  Tubuhnya menghitam
(c)    Kata atau frase numeralia,misalnya pada kalimat:
Ø  Anaknya dua orang
Ø  Gajinya satu juta
                                                                                                       





















DAFTAR PUSTAKA

1.      Chaer,Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta
2.      Widjono,HS. 2007. Bahasa Indonesia : Mata Kuliah Perkembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo
3.      Manaf,Ngusman Abdul 2009. Sintaksis : Teori dan Terpannya dalam Bahasa Indonesia. Padang : Sukabina Press
4.      Ramlan. 1993.Kamus besar bahasa indonesia.Edisi kedua.Jakarta:Balai pustaka
5.      Shadily, Hassan, (ed). 1980. Ensiklopedi indonesia I. Jakarta:Penerbit Buku Ichtiar Baru- Van Hoeve