PARADIGMA PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Disusun dan di ajukan untuk memenuhi
tugas idividu
Mata Kuliah:Dasar dan
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu:Drs.Wahyudin
Zufri M.Pd
Disusun Oleh:Eka Ratna Sari
Prodi:PGSD 3/3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
STKIP ISLAM BUMIAYU
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin
keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun
sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman,
sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada
perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental
yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah
menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman
dalam masyarakat.
Perkembangan sejarah pendidikan
bagi anak penyandang cacat yang yang disebut Pendidikan Luar Biasa (sebagai
terjemahan dari Special Education), selama beberapa dekade telah
mengalami banyak perubahan. Perubahan itu dipengaruhi oleh sikap dan kesadaran
masyarakat terhadap anak penyandang cacat dan pendidikannya, metodologi dan
perubahan konsep yang digunakan.
Peradaban manusia terus berkembang,
pemahaman dan pengetahuan barus mengajarkan kepada manusia bahwa setiap orang
memiliki hak yang sama untuk hidup. Pandangan seperti inilah yang berhasil
menyelamatkan kehidupan anak-anak penyandang cacat. Menyelatkan hidup anak-anak
penyandang cacat menjadi penting karena dipandang sebagai symbol dari sebuah
peradaban yang lebih maju dari sari suatu bangsa.
Anak penyandang cacat
mulai diakui keberadaannya, dan oleh sebab itu mulai bediri sekolah-sekolah
khusus, rumah-rumah perawatan, dan panti social yang secara khusus mendidik dan
merawat anak penyandang cacat. Mereka yang menyandang kecacatan dipandang
memiliki karakteristik yang bebeda dari orang kebanyakan, sehingga dalam
pendidikannya mereka memerlukan pendekatan dan metode khusus sesuai dengan
karakteristiknya. Oleh sebab itu pendidikan anak-anak penyandang cacat harus
dipisahkan (di sekolah khusus) dari pendidikan anak-anak lainnya. Konsep
pendidikan sepeti inilah yang disebut denganSpecial Education (di
Indonesia diterjemahkan menjadi Pendidikan Luar Biasa atau Pendidikan Khusus),
yang melahirkan system sekolah segregasi (Sekolah Luar Biasa).
b. Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan ABK ?
2.
Bagaimana perkembangan pendidikan ABK di Indonesia ?
3.
Bagaimana kebutuhan akan pembelajaran bagi ABK ?
4.
Bagaimana metode pengajaran bagi ABK ?
c. Tujuan
Tujuan di
buatnya makalah ini, adalah agar kita sebagai calon guru, dapat ikut berperan
dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, dan ikut mensukseskan masa depan
anak tersebut. Di samping itu, apabila kita menemui seorang anak berkebutuhan
khusus, kita dapat mengetahui langkah-langkah yang terbaik untuk menanganinya,
seperti metode pembelajaran yang di gunakan, dll.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Definisi anak berkebutuhan khusus (ABK)
Anak berkebutuhan
khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi
atau fisik. Anak dengan kebutuhan
khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan
(fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses
pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan
kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus.
Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan
dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
Istilah yang berkaitan dengan ABK :
1.
Disability : berkurangnya atau
hilangnya fungsi organ atau bagian tubuh tertentu. Disebut juga “impairment”. Contoh : low vision, dimana kalau membaca
bisanya dengan jarak dekat dan tulisan besar. Kerusakan fungsi pendengaran.
2.
Handicap : masalah atau dampak dari kerusakan
(disability atau impairment) yang dialami oleh individu ketika berinteraksi
dengan lingkungan. Contoh : orang
tuna netra yang tidak bisa melihat, akan sulit berjalan di lingkungan yang dia
ga kenal.
3.
At Risk : anak yang meskipun tidak
teridentifikasikn memilki kerusakan namun berpeluang mengalami hambatan atau masalah tertentu. Contoh : seseorang yang tidak
memilki gangguan tapi dia mengalami kesulitan selama belajar.
b.
Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus di Indonesia
Dewasa ini peran lembaga pendidikan sangat menunjang
tumbuh kembang dalam berolah system maupun cara bergaul dengan orang lain.
Selain itu lembaga pendidikan tidak hanya sebagai wahana untuk system
bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat memberi skill
atau bekal untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat didalam
masyarakat.
Sementara itu
lembaga pendidikan tidak hanya di tunjukkan kepada anak yang memiliki
kelengkapan fisik, tetapi juga kepada anak yang memiliki keterbelakangan
mental. Mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu di bantu dan
di kasihani untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu di sediakan berbagai
bentuk layanan pendidikan atau sekolah bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan
untuk berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan anak- anak pada umumnya.
Disamping itu pendidikan luar biasa, tidak hanya bagi anak – anak yang
berkebutuhan khusus, tetapi juga di tujukan kepada anak-anak normal yang
lainnya.
Beberapa sekolah
telah dibuka bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. System pembelajaran
yang disesuaikan dengan keadaan siswa menjadi salah satu keunggulan yang
ditawarkan sekolah – sekolah ini.
Di Indonesia pendidikan anak berkebutuhan khusus telah dimulai sejak zaman
Belanda pada saat itu, pemerintah kolonial memperkenalkan sekolah dengan orientasi
barat untuk pendidikan bagi anak-anak penyandang cacat. (Tuna Grahita pada
tahun 1927, Tuna Rungu 1930 di Bandung). Tujuh tahun setelah proklamasi
kemerdekaan melalui Pasal 6 ayat 2 “Pendidikan dan pengajaran luar biasa
diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan” .
c.
Kebutuhan akan pembelajaran
Menurut bull dan solity (1987), informasi yang
jelas tentang kebutuhan pembelajaran anak-anak dapat membantu dalam
pemantauan lingkungan sang anak untuk
memastikan keadaan lingkungan keas sesuai untuk aktivitas pembelajaran. Dalam
penelitian tentang kecacatan dan implikasinya, biasanya implikasi kecacatan
yang timbul, bergantung juga pada pengenalan awal. Bila gejala kecacatan dapat
di ketahui lebih awal, dan tindakan dini, dapat di jalankan untuk menangani
masalah ini, implikasi kecacatan dan kesulitan yang di hadapi, akan berkurang
di bandingkan dengan kecacatan yang lambat di ketahui di awal.
Anak-anak dengan masalah pendengaran, masalah
penglihatan, ataupun berbagai kecacatan yang kelihatan jelas, biasanya di
kenali dan di diagnosis sebelum mereka masuk ke lingkungan sekolah. Sementara,
kecacatan yang kurang terlihat, seperti masalah dalam pembelajaran, masalah
berbahasa dan penturan, masalah emosi, attention defisit disorder / cacat
mental ringan, biasanya, dapat di kenali oleh pihak sekolah. Kebanyakan
anak-anak luar biasa / anak-anak berkebutuhan khusus mempunya prestasi akademik
yang rendah, dan hal ini sering di kaitkan dengan adanya rasa malas, tidak
produktif, enggan bekerjasama, dan kurangnya etika pergaulan.
Program pendidikan yang kurang sesuai juga
berpengaruh dalam masalah tingkah laku murid, dan dapat menggagalkan proses
pembelajaran. Program yang bersifat individu dan dalam bentuk perkembangan yang
sesuai dapat mengurangi masalah pada anak-anak. Melalui program ini, anak-anak
yang memerlukan bantuan khusus dapat di kenali dengan menggunakan dengan
menggunakan proses penilaian berikut :
1. Perjelas dan dokumentasikan tingkah laku
anak-anak menggunakan berbagai sumber dan metode.
2. Bandingkan dengan perkembangan yang
seharusnya di alami oleh anak-anak normal.
3. Selalu berkomunikasi dengan keluarga sang
anak.
4. Teliti, bicarakan dan tafsirkan informasi
yang di dapat, termasuk semua informasi di dalam lingkungan kelas yang mungkin
dapat membantu.
Sesudah itu, keputusan harus dapat di buat dalam
situasi yang dapat di tangani sendiri / harus di bincangkan dengan para ahli.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus, harus merasa
nyaman, aman, dan terjaga, ketika menerima pelajaran (goldsmith dan goldsmith,
1998) dan penting pula untuk mewujudkan dalam lingkungan kelas, agar membuat
anak-anak luar biasa, dapat memberi makna terhadap dunia skitarnya dan
membentuk konsep tentang lingkungan mereka (brown,dkk, 1998).
Guru khusus, harus memastikan murid mereka
mendapat manfaat dari hubungan dengan orang dewasa yang berinteraksi dengan
mereka. Guru juga harus yakin bahwa lingkungan kelas yang di kelola dapat
menggembirakan murid-murid dan tidak menghalangi mereka. Tanpa dokumentasi akan
manfaat yang jelas, terbaru, dan mudah di gunakan, guru tidak dapat
menghasilkan kualitas yang baik.
Pengetahuan tentang ciri-ciri kebutuhan khusus
anak-anak menentukan implikasinya terhadap hal-hal berikut :
1. Bentuk dan muatan kurikulum untuk
memaksimalkan potensi pembelajaran anak-anak dan menjamin bahwa yang di ajarkan
adalah relevan dengan kebutuhan anak-anak.
2. Pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
dalam kemahiran yang di perlukan harus ada pada semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan untuk memastikan setiap aktivitas yang di jalankan efektif bagi
pemenuhan kebutuhan anak-anak.
3. Kriteria lingkungan yang di bentuk dapat
meminimalkan kesan kekurangan terhadap ketidakmampuan mereka dan memberi
suasana lingkungan yang aman, terjamin, dan mendorong perkembangan mereka.
4. Penggunaan sumber daya dan bantuan untuk
mendorong anak-anak memiliki pemahaman terhadap pembelajaran mereka.
5. Rangkaian kerja dengan orang tua, yayasan
pendukung, dan organisasi sukarela juga di perlukan untuk memastikan kebutuhan
anak-anak terpenuhi secara keseluruhan.
Pihak sekolah juga harus terfokus pada
keterampilan dan kebutuhan anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk
mempersiapkan tindakan awal dengan hasil yang di inginkan, yaitu agar munculnya
kemandirian pada diri anak-anak tersebut. Setiap anak-anak, harus di perlakukan
secara objektif. berbagai jenis dan tingkat ketidakmampuan di komunikasikan dan
tak apa jika seorang anak di cap memiliki kecacatan tertentu. Walau, pada
kenyataanya, cap itu tidak membantu kita memahami jenis bantuan apa yang di
perlukan untuk meminimalkan implikasi kecacatan itu padanya dan menimbulkan dorongan
yang baik. Dua anak yang didiagnosis mengalami kecacatan yang sama, tidak
selalu memiliki ciri-ciri yang sama, atau memerlukan pendidikan khusus yang
sama. Ini menunjukan bahwa sebenarnya tidak ada satu pendekatan pengajaran yang
memenuhi semua kebutuhan tersebut (Smith, 1991).
Konteks lingkungan adalah dasar dalam
berlangsungnya pembelajaran yang ada (goldsmith dan goldsmith, 1998). Ciri-ciri
anak-anak memberi banyak keterangan terhadap cara bagaimana bantuan khusus
sebaiknya di siapkan untuk memastikan efektivitas yang maksimal. Implikasi
kecacatan atau ketidakmampuan di lihat dari berbagai sisi dalam aspek implikasi
terhadap murid maupun kurikulum sekolah. Muatan, bentuk, dan perencanaan
kurikulum harus di pengaruhi oleh implikasi pendidikan dengan mempertimbangkan
jenis kecacatan yang ada, agar anak-anak mendapatkan kesempatan untuk belajar
dengan efektif (Brown et al., 1998). Terdapat juga implikasi langsung terhadap
metode pengajaran yang harus di jalankan di sekolah, kemudahan yang harus di
sediakan di sekolah, dan jenis rangkaian dengan yayasan lain yang harus di
langsungkan untuk menangani penjagaan dan perawatan.
d.
Metode Pengajaran
1.
Pengajaran yang efektif
Guru yang efektif, adalah mereka yang selalu
memperdalam keahliannya dalam pengajaran, agar pengajaran yang di lakukannya
bermanfaat untuk murid luar biasa yang di didiknya. Kefektifan guru dapat di
lihat dari 2 aspek, yaitu : banyaknya tujuan pembelajaran yang di capai oleh
murid dan pola pengajaran yang berhubungan dengan pembelajaran seperti
waktu,tenaga, dan usaha yang di curahkan oleh guru. Kefektifan pengajaran juga
dapat di lihat dari pekembangan sosialisasi dan kemandirian murid luar biasa.
Semakin banyak yang di capai oleh murid luar biasa, semakin efektif pengajaran
guru itu. Ini, berarti bahwa guru yang efektif bukan saja membantu murid luar
biasa mencapai tujuan pembelajaran, tetapi juga mengembangkan kemampuan yang
harus di miliki oleh murid luar biasa.
Keefektifan pengajaran menunjukan guru yang
mengajar adalah orang yang efisien, mempunyai ciri-ciri berikut (Olivia dan
Henson 1980) :
a) Mempunyai konsep kemandirian yang tinggi.
b) Mempunyai pendidikan yang baik.
c) Mempunyai pengetahuan dan minat, dalam
bidang yang di ajar.
d) Memahami prinsip dasar, dalam proses
pembelajaran.
e) Mementingkan keberhasilan murid.
f) Bersikap adil.
g) Menjelaskan suatu hal dengan terperinci
dan jelas.
h) Berpikiran terbuka.
i) Menyenangkan murid.
j) Menggunakan teknik dan metode pengajaran
yang efektif.
k) Dapat menjaga jalannya proses
pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, jelaslah metode
pengajaran yang efektif adalah hal yang penting dalam menjadikan guru itu
efisien dengan pengajaran yang efektif.
2.
Penanganan murid berkebutuhan khusus
Dari waktu ke waktu, guru berhadapan dengan
murid-murid yang memiliki masalah pembelajaran, apalagi untuk guru pendidikan
khusus. Biasanya, berbagai teknik dan rancangan mereka pakai, namun pada
akhirnya, mereka harus membuat penyesuaian karena setiap murid berbeda. Tidak
semua teknik, efektif untuk semua murid dan guru harus menggunakan variasi
teknik untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran yang lebih kondusif untuk
membantu murid dengan berkebutuhan khusus.
1)
Menangani murid yang memiliki masalah
pembelajaran :
a) Tugas dan bahan bantu
· Beri tugas yang ringan, tetapi intensif.
· Nilai tugas murid secepat mungkin dan berilah
pujian dan jawaban lebih awal.
· Bimbing murid dalam menggunakan berbagai
metode alternatif dalam memperoleh atau menyampaikan informasi, seperti
menggunakan kaset perekam,dan sebagainya.
· Selalu adakan pertemuan dengan murid,
walaupun dalam waktu yang ssebentar saja untuk membuatnya terdorong untuk
bertanya, menyelesaikan tugas tepat waktu, merasa di hargai dan menghindari
rasa terasing.
b) Waktu dan ruang
· Pastikan meja murid tidak di penuhi dengan
berbagai bahan yang tidak di perlukan, dan bimbing murid belajar di ruangan
yang di senangi.
· Apabila memulai hubungan dengan murid,
usahakan murid berdekatan dengan guru, untuk memudahkan pengawasan.
· Guru harus berusaha memisahkan murid luar
biasa, dengan murid yang mengganggunya.
· Variasikan waktu istirahat dan waktu aktif
untuk menjaga minat dan mitivasi murid.
· Adakan perjanjian untuk tugas tertentu
supaya murid dapat menepati tanggungjawabnya.
c) Gaya
· Ada murid yang dapat belajar lebih baik
dengn cara melihat, mendengar, atau menyentuh. Penyesuaian harus di buat untuk
menentukan sistem pembelajaran yang terbaik, untuk murid tersebut.
i. Untuk pelajar auditoris
· Beri arahan lisan dan tulisan.
· Pastikan tugas juga di beri dalam bentuk
kaset rekaman supaya murid dapat mendengarkanya dengan seksama.
· Beri ujian lisan.
· Pastikan murid menghafal informasi penting
dan merekamnya.
ii. Untu pelajar visual
· Gunakan kartu penanda yang mengandung
warna yang terang.
· Biarkan murid memejamkan mata untuk
membuat mereka dapat menggambarkan informasi/perkataan.
· Dorong murid untuk mencatat nota dan memo
untuk dirinya sendiri mengenai perkataan, konsep, atau ide penting.
2)
Menangani murid dengan gangguan emosi
a. Masalah ketidakhadiran di sekolah
· Beri penghargaan kepada murid, apabila ia
sampai di sekolah tepat waktu
· Bekerjasama dengan orang tua murid, dalam
memberi penghargaan untuk kebaikannya tersebut.
· Rencanakan aktivitas kelas/individu yang
dapat memotivasi murid untuk hadir ke kelas.
· Buat bagan untuk mencatat pola
kelambatandan ketepatan waktu kehadirannya.
· Gunakan sistem poin.
b. Masalah yang berhubungan dengan
keangkuhan, bahasa, dan tingkah laku.
· Sediakan tempat untuk time out di dalam
kelas untuk menempatkan murid, apabila tingkah lakunya tidak baik.
· Sediakan waktu dimana murid dapat
berbicara secara terbuka dengan guru tanpa kehadiran orang lain.
· Dekati murid tersebut sesering mungkin,
dan tanyalah apabila ada yang mengganggu perasaannya.
· Beri pilihan kata-kata yang memengaruhi
emosi supaya murid dapat mengenal dan menyatakan perasaanya.
· Jauhkan murid dari siapa saja yang
mengganggunya/menyebabkan emosinya labil.
· Pastikan murid tahu hukuman dan ganjaran
untuk setiap tindakanya.
· Beri pilihan respons tingkah laku dan
jelaskan tingkah laku pilihan yang tidak sesuai.
· Buat peraturan kelas yang jelas mengenai
ganjaran dan hukuman.
· Puji murid apabila dia mematuhi peraturan
dan tidak membantah.
c. Masalah dalam tugas yang tidak di
selesaikan
· Beri tugas yang intensif, tetapi ringan
· Buat perjanjian dengan murid dimana ia
dapat menentukan hadiah untuk tugas yang dia selesaikan.
· Jangan memaksa murid untuk menulis,
apabila tulisannya tidak dapat di perbaikinya karena ia mungkin menghadapi
masalah motorik.
· Periksa tugas murid secepat mungkin dan
serahkan kembali untuk membuatnya mendapatkan penilaian segera.
· Beri hadiah, apabila murid memberi tugas
yang rapi, lengkap, dan tepat waktu.
· Guru harus spesifik memberi perintah,
supaya murid tidak keliru.
d. Masalah yang berkaitan dengan sosial
· Ajarkan murid dengan berbagai cara untuk
memberi respons terhadap situasi sosial.
· Minta mereka membaurkan diri dalam
kumpulan murid lain yang mempunyai masalah dalam kemampuan soaial.
· Aturlah agar ada temannya yang dapat
membantu seorang murid dalam situasi sosial pada waktu-waktu tertentu.
· Perkenalkan murid pada aktifitas kelompok
kecil dan kembangkan kelompok itu, bila murid bersedia.
· Perkenalkan murid pada pekerjaan yang
menuntut mereka harus bekerjasama dengan murid lain, untuk mencapai tujuan
bersama.
· Puji murid sesering mungkin apabila ia
tidak menunjukan sikap agresif/tingkah lakunya yang tidak baik.
e. Masalah dalam berkonsentrasi dan mengikuti
arahan
· Beri petunjuk yang jelas, sebelum
memberikan arahan/informasi penting, kepada murid supaya ia dapat
berkonsentrasi.
· Berilah suatu arahan pada suatu waktu dan
usahakan menjadi semudah mungkin.
· Siapkan tempat yang nyaman dan terhindar
dari gangguan.
· Pujilah murid apabila ia mengikuti arahan
dan memberi perhatian.
· Pastikan alat bantu yang di berikan sesuai
dengan tahap pembelajaran murid berkebutuhan khusus.
· Gunakan berbagai teknik visual dan
auditoris untuk menarik minat murid terhadap pembelajaran.
3.
Mengenai murid menderita cacat ringan
a. Akademis
· Wujudkan aktifitas untuk kemampuan dasar
yang dapat di kaitkan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari murid.
· Sediakan bahan yang sesuai dengan tahap
kemampuan murid.
· Sediakan aktifitas yang dapat mendorong
murid untuk mandiri.
b. Membaca
· Sediakan aktifitas yang memberi fokus pada
bacaan informasi dan apa saja yang menarik perhatian.
· Sediakan aktifitas yang mengharuskan murid
memedulikan lingkungannya.
· Buat aktifitas yang membuat jadwal murid menjadi
biasa dengan menu.
c. Tulisan dan ejaan
· Minta murid untuk menulis daftar hal yang
harus di lakukan pada setiap hari.
· Sedikan aktifitas seperti pelayanan
pengantaran pesanan di dalam kelas, untuk membuat murid dapap mencatat pesanan
dan mengantarnya kepada murid lain.
d. Matematika
·
Dorong
murid memasak supaya ia mahir dengan ukuran dan jumlah.
·
Dorong
murid untuk mencatat suhu setiap hari.
·
Libatkan
murid dalam aktifitas yang melibatkan penghitungan seperti mengukur tinggi
temannya.
·
Lakukan
aktifitas simulasi jual beli.
4.
Menangani
murid dengan gangguan konsentrasi (ADD/ADHD)
a.
Interaksi
sosial
·
Kenali
tingkah laku sosial yang sesuai untuk murid.
·
Duduk
dengan murid dan buat perjanjian yang
jelas yang di dalamnya menyatakan tujuan yang harus di capai oleh murid.
·
Gunakan
pujian secara lisan dan tertulis.
·
Hadapkan
murid pada interaksi kelompok keci, yang di beri tujuan yang harus di capai.
·
Lakukan
interaksi antar teman dan kerjasama sesering mungkin, supaya murid tidak harus
duduk dan diam untuk waktu yang lama.
·
Kenali
kelebihan murid yang dapat di umumkan kepada teman-teman yang lain.
·
Jalankan
situasi memainkan peran dengan murid tersebut dan tekankan pada penggunaan
kemampuan yang spesifik.
b.
Kemampuan
dalam mengurus diri
·
Buat
tugas untuk di buat di rumah dan di serahkan pada murid sebelum dia pulang.
·
Minta
orang tua untuk mengurus murid di rumah dengan mengatur perlengkapanya supaya
murid dapat menyediakan kebutuhannya keesokan harinya.
·
Hindari
untuk memberi tugas dan arahan yang bermacam-macam.
·
Dorong
mereka untuk menggunakan komputer, karena ini dapat mendorong murid untuk
membuat laporan/tugas dalam bentuk print out.
c.
Masalah
tumpuan
·
Guru
dapat meminta murid menyelesaikan semua tugas di sekolah.
·
Selalu
berikan murid waktu tambahan untuk membuatnya dapat menyelesaikan tugasnya.
·
Berikan
tugas yang ringan, tetapi intensif.
·
Jika
murid mengalami masalah dalam mendengar dan mencatat, perintahkan temannya
untuk membantu.
d.
Sikap
impulsif
·
Guru
harus bersikap realistis tentang apa yang di harapkan mengenai tingkah laku
murid.
·
Ajarkan
tingkah laku yang sesuai dengan pengakuan secara langsung untuk respon positif,
dan jangan setengah-setengah dalam memberi hadiah untuk respon / tindakan yang
negatif.
·
Sediakan
jadwal yang menentukan bila waktunya murid boleh meninggalkan tempat duduknya
untuk melakukan aktifitas lain supaya murid dapat melakukan istirahat sesuai
dengan keinginannya.
e.
Kemampuan
akademik
·
Bimbing
murid untuk menggunakan kertas diagram saat membuat tugas matematika agar ia
dapat mengetahui tempat yang benar untuk mencatat nomor.
·
Bimbing
murid menggunakan kalkulator saat membuat tugas jika tujuan utamanya adalah
untuk menyelesaikan tugas.
·
Bimbing
murid untuk menggunakan berbagai jenis peralatan dalam mencatat informasi.
·
Gunakan
sarana yang dapat di manipulasi untuk menjaga minat murid.
·
Sampaikan
apa tujuan tugas yang di beri kepada murid dan sediakan sarana yang dapat
membantu mencapai tujuan tersebut.
f.
Ekspresi
emosi
·
Guru
harus menyadari keterbatasan murid dalam memberi perhatian dan menunjukan
perasaanya.
·
Beri
pilihan kata-kata yang berkaitan dengan emosi.
·
Ajarkan
murid tentang bagaimana menyalurkan kemarahan yang sehat.
·
Cobalah
beri kekuasaan kepada murid untuk fokus terhadap semua aspek kehidupannya yang
dapat di kontrolnya.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak
Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Di Indonesia pendidikan anak
berkebutuhan khusus telah dimulai sejak zaman Belanda pada saat itu, pemerintah
kolonial memperkenalkan sekolah dengan orientasi barat untuk pendidikan bagi
anak-anak penyandang cacat. (Tuna Grahita pada tahun 1927, Tuna Rungu 1930 di
Bandung). Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan melalui Pasal 6 ayat 2
“Pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang
membutuhkan” .
Anak-anak dengan kebutuhan khusus, harus merasa
nyaman, aman, dan terjaga, ketika menerima pelajaran (goldsmith dan goldsmith,
1998) dan penting pula untuk mewujudkan dalam lingkungan kelas, agar membuat
anak-anak luar biasa, dapat memberi makna terhadap dunia skitarnya dan
membentuk konsep tentang lingkungan mereka (brown,dkk, 1998).
Guru harus menggunakan variasi teknik untuk
mewujudkan lingkungan pembelajaran yang lebih kondusif untuk membantu atau
menangani murid dengan berkebutuhan khusus.
b.
Saran
Dari pembahasan di atas,saya menyarankan bahwa,
adanya anak berkebutuhan khusus, di tengah-tengah suatu bangsa, merupakan suatu
tugas bagi pemerintah, dalam menyediakan fasilitas-fasilitas yang akan
menunjang segala kebutuhan mereka. Fasilitas tersebut, misalnya Guru yang
kompeten dalam menangani anak berkebutuhan khusus, Sekolah yang dapat
mengembangkan potensi-potensi anak berkebutuhan khusus, dll. Mengingat setiap
anak, baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus, mereka pasti mempunyai
potensi, yang mungkin tidak dapat di miliki oleh individu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
2. Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama.
3. Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
4. Geoniofam, Mengasuh dan Mensukseskan
Anak Berkebutuhan Khusus,Garailmu, Jogjakarta2010.
5. Muhammad K.A
Jamila, Special Education For Special
Children. Mizan Media Utama. Bandung 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar